Bali. Salah satu ikon wisata Indonesia yang sudah mendunia dan tidak diragukan lagi keindahan panorama alamnya. Namun, siapa sangka bahwa Bali menyimpan fakta sejarah yang hanya ada satu-satunya di dunia. Tepatnya di Gedong Kirtya, tempat disimpannya koleksi lontar yang begitu lengkap mengisahkan berbagai macam tema dalam bahasa Bali dan Sansekerta. Selain manuskrip daun lontar, Gedong Kirtya juga menyimpan prasasti, manuskrip kertas dalam bahasa Bali dan Romawi serta dokumen-dokumen dari masa kolonial Belanda yang tercatat antara rentang waktu 1901 hingga 1953.
Gedong Kirtya juga disebut Museum Gedong Kirtya, satu-satunya museum lontar yang ada di dunia. Beralamatkan di Jalan Veteran No. 20 Kelurahan Paket Agung Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng, Bali menjadikan Gedong Kirtya memiliki jarak yang cukup dekat dengan kantor bupati Buleleng. Gedong Kirtya ini didirikan pada tanggal 2 Juni 1928 dan resmi dibuka untuk umum pada tanggal 14 September 1928 oleh bangsa Belanda yang saat itu menempati Singaraja yakni L.J.J. Caron. Lontar yang terdapat pada Gedong Kirtya adalah peninggalan dari I Gusti Putu Jelantik yang merupakan salah satu raja dari Kerajaan Buleleng pada masa Hindia Belanda. Pun, I Gusti Putu Jelantik lah yang memberikan nama ‘kirtya’ sebagai nama gedong tersebut yang berarti usaha atau jerih payah dalam bahasa Sansekerta.
Gedong Kirtya ini memiliki luas 300 meter persegi dengan empat pembagian ruangan, yakni Ruang Penyimpanan Koleksi I, Ruang Penyimpanan Koleksi II, Ruang Pengelola dan Ruang Pameran. Sementara, koleksi lontar yang disimpan di Gedong Kirtya ini memiliki beragam tema antara lain Wariga yang berisi tentang astronomi dan astrologi, Nicitastra atau tentang etik, Usadha tentang pengobatan tradisional, Geguritan yakni kidung, Satua atau cerita rakyat, Pamancangah atau sejarah dan topik-topik lainnya dengan jumlah yang sangat banyak. Banyaknya lontar yang menjadi koleksi Gedong Kirtya, menjadikan wisatawan yang berkunjung ke Bali tertarik untuk mengunjungi dan bertanya seputar lontar. Wisatawan asing akan dipandu oleh pemandu dari Gedong Kirtya yang akan menerjemahkan isi lontar dari bahasa Bali hingga Sansekerta ke dalam bahasa Inggris. Para wisatawan asing biasanya bertanya seputar isi lontar dan tahun dibuatnya lontar tersebut serta topik yang sering dialih bahasakan oleh pemandu di Gedong Kirtya adalah lontar yang bertemakan Usadha atau pengobatan tradisional dan Wariga atau astronomi dan astrologi.
Berdasarkan laman resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Gedong Kirtya memiliki ribuan manuskrip berbahan lontar yang dapat dirincikan sebagai berikut :
WEDA (Bali)
Weda: Weda Indik Maligia, Weda Pangentas, Weda Panglukatan, Weda Sawawedana.
AGAMA
Palakerta: Agama, Purwadigama, Awig-awig, Kerta ring Sawah, Stri Sanggraha, Pamastuning, Cor, Widi Pamincatan, Adigama, Paswara, Kutaragama.
WARIGA
Wewaran: Ala Ayuning Dewasa, Ala Ayuning Wuku, Palelintangan, Pangalihan Dina, Pawacakan, Sadreta, Suryamandala, Tenung Astawara, Tenung Pawetuan anut wuku, Tetenger Sasih
ITIHASA (WIRACARITA)
Parwa: Astadasaparwa, Calon Arang, Pamuteran Ksirarnawa, Uttara Kanda
Gedong Kirtya buka setiap hari Senin sampai dengan hari Jumat mulai pukul 8 pagi hingga 4 sore, namun, pada hari Jumat hanya beroperasi sampai pukul 1 siang. Wisatawan yang datang berkunjung tidak dipungut biaya masuk alias gratis.