(0362) 24346
camatbuleleng@gmail.com
Kecamatan Buleleng

Penyakit TBC: Apa Penyebab, Gejala, dan Pengobatan yang Tepat

Admin buleleng | 27 Maret 2019 | 27867 kali

Banyak yang salah kaprah bahwa TBC sama seperti halnya batuk biasa. Padahal, sejatinya batuk ini lebih berbahaya ketimbang batuk biasa. Oleh karena itu, penanganan dari batuk akibat penyakit TBC (tuberculosis) berbeda penangananya.

TBC ini juga dikenal dengan penyakit yang menular. Tak heran bila penyebarannya juga relatif cukup mudah dan cepat karena bisa melalui udara. Untuk penderita TBC kerap memiliki riwayat tertular dari penderita lainnya. Penyakit TBC ini menyerang paru-paru, yang disebabkan oleh basil Mycrobacterium Tuberculosis.

Bila Tertular, Gejala ini yang Akan Muncul pada Penderita TBC

Penyakit TBC memang tidak mudah dikenali pada stadium awal. Sebab gejalanya memang mirip dengan batuk pada umumnya. Sesaat setelah tertular, gejala-gejala yang muncul terlihat biasa saja seperti orang terkena flu.

Bagaimana gejalanya?

Gejala TBC biasanya batuk, nafsu makan menghilang, demam dan keringat dingin pada malam hari, batuk berdarah, kurang berenergi, rasa nyeri di dana, dan batuk berdahak dengan waktu yang berlangsung cukup lama yakni sekitar 21 hari.

Penyakit TBC ini mudah menyerang apabila sistem kekebalan tubuh sedang menurun. Sehingga jika jika sistem kekebalan tubuh Anda baik-baik saja dan dalam kondisi prima, jangan khawatir akan penyakit TBC ini.

Akan tetapi, tak jarang sistem kekebalan tubuh ini gagal melawan dan melindungi dari serangan TBC karena sistem kekebalan tubuh seringkali juga berfluktuatif dengan cepat karena berbagai faktor. Dan biasanya, meski sudah diberantas oleh sistem kekebalan tubuh, basil ini juga bisa saja tetap aktif. Nah, kondisi inilah yang disebut TBC laten.

Sementara itu, bila basil TBC ini berkembang hingga menyebabkan kerusakan jaringan paru-paru, maka selanjutnya akan menimbulkan kondisi yang disebut dengan tuberculosis aktif.

Bagaimana Proses Diagnosa Risiko Tinggi TBC?

Gejala TBC hampir sama dengan beberapa gejala penyakit pernafasan lainnya. Oleh karena itu, penting untuk mengkonsultasikan ke dokter guna menjalankan diagnosa yang tepat. Sehingga bisa diketahui dengan pasti apakah Anda tertular TBC atau tidak.

Dokter biasanya akan menjalankan diagnosis, terdiri dari tes darah, tes dahak, rontgen dada, dan Mantoux test. Tes tersebut dilakukan untuk mengetahui jenis tuberculosis tersebut apakah laten atau aktif. Siapa saja yang termasuk dalam kelompok TBC?

  • Perokok aktif
  • Pengguna narkoba dan obat-obatan terlarang lainnya
  • Sering berhubungan dengan pengidap TBC aktif
  • Orang yang sering menjalani kemoterapi
  • Orang yang memiliki daya tahan tubuh lemah
  • Pengidap HIV/AIDS

Oleh sebab itu, melakukan diagnosa TBC secara dini diperlukan, agar tidak berkembang dari tuberculosis laten menjadi tuberculosis aktif. Ini sebagai langkah pencegahan sekaligus untuk mempermudah pengobatan. Sebab hanya dengan pengobatan yang tepat saja, maka risiko komplikasi yang muncul akibat penyakit TBC dapat dicegah.

Bagaimana Pencegahan dan Pengobatan TBC yang tepat???

TBC memang dapat disembuhkan dengan pengobatan yang benar dan tepat tentunya. Secara umum, pengobatan TBC saat ini dijalankan dengan memberikan beberapa jenis antibiotic kepada pengguna dengan dosis yang tepat, serta dalam jangka waktu tertentu.

Vaksin juga diberikan sebagai langkah pencegahan. Vaksin ini disebut dengan BCG (Bacillus Calmette-Guerin) dan vaksin jenis ini di Indonesia telah diberikan pada bayi-bayi yang belum berusia 2 bulan serta masuk dalam imunisasi dasar.

Langkah pengobatan serta pencegahan TBC sangatlah penting untuk dilakukan. Mengingat penyakit ini tergolong berat dan menular, dengan skema penularan yang relatifcukup mudah, yakni melalui pernapasan. Terlebih lagi juga terdapat risiko komplikasi yang mungkin saja terjadi, yakni:

  • Meningitis
  • Kerusakan sendi
  • Gangguan organ tubuh, seperti ginjal, hati, jantung
  • Merasa nyeri pada punggung

Mengingat besarnya risiko yang bisa muncul karena penyakit TBC ini, maka pengobatan yang diberikan dalam bentuk antibiotik juga sangat beragam. Obat-obatan yang biasa diberikan oleh dokter untuk pengidap TBC aktif antara lain:

  • Isoniazid
  • Rifampicin
  • Pyrazinamide
  • Ethanol

Obatan-obatan tersebut mengandung efek samping, seperti dapat menurunkan efektifitas alat kontrasepsi yang mengandung hormon. Efek samping yang demikian terutama terjadi untuk pengguna obat antibiotik seperti rifampicin.

Sementara itu, untuk ethambutol, berpengaruh pada kondisi penglihatan. Begitu juga dengan isoniazid yang berpotensi merusak saraf.

Selain itu, juga terdapat efek samping umum, seperti muntah, mual, penurunan nafsu makan, sakit kuning, perubahan warna urine menjadi lebih gelap, demam, gatal-gatal, dan ruam pada kulit.

Meski demikian, pengidap diharuskan mengonsumsi antibiotik selama lebih kurang lebih 2 minggu, dan untuk memastikan kesembuhan, dokter biasanya mengharuskan konsumsi antibiotik selama 6 bulan.

Obat resep yang diberikan untuk pengidap TBC harus diminum hingga waktu yang dianjurkan. Ini dikarenakan meski kondisinya membaik, pengidap TBC masih mungkin untuk menurun kembali kondisinya.

Sebagaimana ulasan di atas, penyakit TBC memang tergolong penyakit berat dan menular, yang membutuhkan skema pengobatan dengan jangka waktu cukup panjang serta intensif. Berhenti atau menghentikan pengobatan untuk penderita TBC ini sangat berisiko.

Kenali Penyakit TBC Sejak Awal dan Lakukan Penanganan yang Tepat

Sesuai dengan jenisnya, penyakit TBC adalah penyakit menular yang membutuhkan suatu penanganan intensif serta khusus. Memiliki asuransi kesehatan tentu menjadi satu keuntungan tersendiri bagi seseorang agar jangan sampai penanganan dan pengobatan menjadi terhambat. Terlebih lagi, penyakit TBC ini membutuhkan pengobatan dan perawatan setidaknya 6 bulan hingga pasien benar-benar sembuh.