Wilayah Desa Anturan merupakan bagian dari wilayah Pandan Banten (Desa Anturan) yang disebut Banjar Asatan. Tempat ini merupakan peristirahatan (Bebatuan) bagi para rombongan kerajaan sebelum sampai di puri Buleleng. Sebagai tempat persinggahan, lama kelamaan banyak orang mulai menetap di wilayah ini terutama pedagang (penglu) untuk berjualan dan menawarkan barang bagi para rombongan yang singgah di sana. Disamping itu, untuk menghibur para rombongan kerajaan, berbagai kesenian juga banyak dikembangkan, misalnya Tari Gambuh yang ada sampai sekarang dan tari-tarian klasik lainnya. Karena banyak yang menetap, para pedagang ini lama kelaman mulai membeli tanah dari hasil penjualan barang daganganya. Seiring dengan perkembangan sekitar pertengahan tahun 1800-an, mereka yang sudah menetap banyak di antaranya membangun tempat pemujaan kepada para leluhurnya atau Sanggah (Merajan). Dari masing-masing sanggah atau merajan ini kemudian menyatukan diri dalam sebuah Pemaksan yang terdiri dari beberapa Sanggah. Dengan perkembangan dari tahun ke tahun, jumlah yang menempati Banjar Asatan semakin banyak maka pada sekitar tahun 1800 an dibangunlah sebuah Desa dengan membangun Pura Desa, Pura Puseh, dan Pura Dalem yang dilengkapi dengan kuburan atau setra yang diberi nama Desa Anturan dengan Wewidangan (Wilayah) yang pada waktu itu selatannya sampai Pura Pasek Gelgel sekarang. Pada tahun 1900-an, salah satu dari keluarga di Desa Anturan, anak gadisnya dilarikan ke Desa Selat dan dikawinkan maka sebagai kompensasinya wilayah Wewidangan Desa Anturan diperluas lagi keselatan sampai pura Sari kira-kira 2 km keselatan dari batas sebelumnya.
Sumber: http://anturan.blogspot.com