Dalam Kehidupan Agama Hindu Khususnya di Bali telah muncul keinginan Umatnya untuk meningkatkan cara – cara hidup beragama serta mendalami Ajaran – ajaran Agamanya yang menggunakan Pendekatan Rasionalis dan Filosofis guna menembus Kajian Sastra Agama yang terhimpun dalam berbagai Pustaka Lontar peninggalan Leluhur. Dalam Konteks ini betapa pentingnya bentuk – bentuk Upacara dan Upakara Agama untuk dapat dipahami arti, fungsi dan kegunaannya, guna menambah mantapnya Perasaaan di dalam melaksanakan Upacara itu sendiri.
Khusus didalam upacara masih terdapat berbagai variasi, baik mengenai pengertianya, upakaranya maupun tata caranya. Adanya variasi itu memang bukan tanpa alasan karna agama hindu yang bersifat Fleksibel dan elastis dalam Arti dapat dilaksanakan menurut Desa Kala Patra atau Tempat Waktu dan Keadaan, Berlandaskan pada Catur Dresta serta dalam wujud Nista, Madya dan Utama yaitu Kecil, Sedang bahkan besar Upacara, namun adanya suatu pedoman yang dapat dijadikan pegangan adalah sangat perlu untuk mengindari terjadinya perbedaan – perbedaan yang mendasar.
Upacara yang berasal dari kata sansekerta, Upa dan Cara, Upa berarti Sekeliling atau menunjuk segala dan Cara berarti Gerak atau Aktifitas. Sehingga Upacara dapat diartikan dan dimaknai Gerakan Sekeliling Kehidupan Manusia dalam upaya menghun=bungkan diri dengan Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa. Aktifitas ini dilakukan berlandaskan Kitab Suci Weda dan Satra Agama Hindu.
Sarana Upacara adalah Upakara. Di Bali Upakara di Populerkan dengan Istilah Banten, yang dimana Banten artinya wali. Maka dari itu Upakara Dewa Yadnya sering disebut Puja Wali. Wali yang berarti wakil mengandung pengertian Simbolis dan Filosofis, bahwa banten itu merupakan Wakil dari pada isi Alam semesta yang ciptakan oleh Hyang Widhi / Tuhan Yang Maha Esa.
Banten memiliki banyak Jenis dan bentuknya serta bermacam – macam bahannya, banten kelihatannya unik dan rumit. Banten mengandung arti Simbolik dan Filosofis yang tinggi serta berpadu dengan Seni Rupa dan Seni Rias yang mengagumkan sebagai Ungkapan Rasa Syukur Umatnya Kepada Sang Pencipta. Faktor Seni dalam Banten mempunyai arti penting karena dapat menuntun Pikiran kearah keindahan menuju ketenangan Jiwa. Ketenangan Jiwa inilah faktor yang sangat penting untuk mencapai pemusatan pikiran dalam menuju Hyang Widhi, maka dari itu faktor Seni dalam Keagamaan adalah Positif karena berperan sebagai unsur penunjang pelaksanaan Upacara Agama.
Banten terdiri dari Tiga Unsur yaitu :
Sebagai pelengkap dalam Upacara Banten juga disertai dengan Air, dan Api ( Dupa ).